Mulai dari zaman SMK masih bernama STM dan SMEA atau sekolah keterampilan lainnya. Mereka yang memilih jalur pendidikan ini pasti memiliki tujuan untuk cepat kerja usai lulus. Namun apakah benar otomatis begitu..? Nggak ...
Buktinya dari data resmi menunjukkan bahwa bahwa pengangguran terbanyak justru dari lulusan SMK. Kalo dicari penyebabnya, ya akan debatable .
Yang harus dibenahi adalah
1. Dunia industri yang diera persaingan sangat ketat ini tentu akan memperhitungkan kebutuhan nakernya apalagi untuk jenis pekerjaan yang bersifat massal bisa digantikan robot teknologi cnc dapat mengakomodasi nya. Oleh karena itu "kurikulum"atau apapun konten pembelajaran harus terutama membaca trend perkembangan industri di wilayah itu dan kebutuhan tenaga kerja nya. Ini yang disebut Zonasi Kurikulum oleh Bp Dr.Hudiyono. M.Si , Plt Kadisdik Jatim , Karo Kessos Jatim.
2. Memperbanyak kerjasama dengan industri bisnis, berbagai perusahaan baik untuk kepentingan magang ,penempatan kerja maupun mewarnai pembelajaran vokasi , mencakup etik dan etos kerja , penguasaan perangkat, semangat berkompetisi dan tentu saja tranfer keterampilan kerja yang dibutuhkan industrinya secara berkesinambungan.
3. Praktek real wirausaha dan manajemen pengelolaan usaha baik konvensional maupun digital dengan memanfaatkan local wisdom atau kekayaan alam daerah setempat. Bekerja sama dengan perguruan tinggi dan lembaga terkait misalnya pada teknologi pengolahan pangan untuk produk komoditas daerah dimana SMK berasal sekaligus pengembangan pemasarannya. Kepala Sekolah dan perangkat kerja lainnya harus menjadi CMO , Cheif Marketing Officer.
Kombinasi sense of pedagogie dan sense of business adalah kunci pendidikan vokasi masa depan. (KHS)
Bersambung
0 komentar:
Posting Komentar