Sambutan Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin dalam RAPIMWIL Kementrian Agama th 2019 di Mercure Hotel Surabaya (01/03) ~WARTA KESSOS JATIM
“Penguatan Komitmen Moderasi Keberagaman untuk Kebersamaan Umat”’. (1)
“Yang Saya Muliakan Bapak Kyai Haji Zawawi Imron Abdullah beliau berkenan hadir ditengah-tengah kita dalam kesempatan pembukaan rapat kerja pimpinan kali ini, yang saya hormati seluruh jajaran Forkompinda Provinsi Jawa Timur, yang saya hormati Kepala PLT Kepala Kanwil Kementerian Agama Jawa Timur, yang saya hormati para Rektor hadir disini Rektor UIN Sunan Ampel juga Rektor IAIN Pamekasan yang saya hormati seluruh Kepala Kantor Kementerian Agama kabupaten kota se Jawa Timur para Keluarga Besar Kepala Madrasah Kepala KUA, hadir juga yang saya hormati Balai Diklat Jawa Timur , saya hormati seluruh keluarga besar Kementerian Agama Jawa Timur dan yang saya cintai seluruh peserta rapat kerja.
Alhamdulillah saya merasa bersyukur bahwa akhirnya saya bisa hadir memenuhi undangan Kanwil Kementerian Agama Jawa Timur dalam rangka rapat kerja kita pada hari ini dan beberapa hari kedepan. Saya merasa memerlukan betul hadir dalam acara ini karena saya melihat betapa strategisnya betapa pentingnya rapat kerja kita, setidak-tidaknya raker ini merupakan tindak lanjut dari Rakernas kita pada Januari yang lalu. Sebagaimana yang tadi disampaikan oleh Pak Haris, kita harus meneguhkan menegaskan kembali tiga matra dan tiga dimensi yang harus selalu kita ingat untuk mengisi memori kolektif kita sebagai ASN Kementerian Agama. Dengan harapan dapat terinternalisasi di dalam diri setiap kita sebagai ASN, kemudian diwujudkan dengan mengejawantahkan dalam aktualisasi diri dimanapun kita berada. Sebagaimana kita memiliki 5 nilai budaya kerja yaitu Integritas Profesionalitas, Inovasi, Tanggung Jawab dan Keteladanan makna itu harapannya mampu menginspirasi memotivasi memacu kita untuk melakukan perubahan kearah yang lebih baik adalah
Pertama: Moderasi Beragama sejak 3 tahun yang lalu setiap program yang dilaksanakan oleh Kementerian Agama haruslah memiliki keterkaitan, tidak hanya sebagai landasan pijakan dasar, mengapa kita melakukan program-program itu yang dilandasi dengan kesadaran, Bagaimana moderasi beragama itu menjadi landasan pijak tapi juga sekaligus sebagai orientasi arah menuju kemana kita moderasi beragama.
Kedua adalah Kebersamaan Umat
Ketiga adalah Integrasi Data
Lebih luas lagi kita sekarang hidup di era globalisasi, kita hidup di teknologi informasi komunikasi yang revolusinya luar biasa, saya ingin memberikan pemaknaan kepada setiap ASN kita, bahwa kita tidak sama. Sebagaimana kebanyakan aksen-aksen lain yang mungkin hanya terbatas bentuk pemaknaan kerjanya, aktivitasnya hanya sebagaimana lazimnya birokrat di banyak negara di dunia.
Saya ingin memberikan pemaknaan yang lebih substantif kepada setiap ASN kita bahwa yang kita lakukan sekecil apapun yang kita lakukan sebagai ASN di Kementerian Agama hakekatnya kita sedang membangun peradaban dunia, ini point besarnya.
Mengapa peradaban karena agama sekarang ini semakin memiliki tingkat urgensi dan relevansi yang tinggi kehidupan semakin kompleks. Persaingan itu juga semakin keras semakin ketat semakin tajam dan sedangkan nilai-nilai agama semakin memiliki tingkat relevansi dan urgensinya yang semakin besar, yang semakin tinggi. Namun persoalan ini tidak hanya dihadapi oleh bangsa Indonesia, tetapi juga oleh bangsa dunia.
Agama yang dulu oleh para pendahulu kita para pendiri bangsa dijadikan sebagai sesuatu yang mampu merajut menjalin merangkai kemajemukan kita. Perlu diingat bangsa yang paling heterogen yang paling beragam yang paling majemuk itu adalah kita. Kita tidak hanya majemuk dalam hal Penganut Agama tapi juga budaya, Bahasa, wilayah geografis, 17000 pulau negara kepulauan terbesar di dunia dan seterusnya dan seterusnya. Jadi para pendiri bangsa tidak hanya menjadikan nilai-nilai kebangsaan saja sebagai sesuatu yang menyatukan keberbagaian kita ini, keberagaman kita, tapi agama memiliki fungsi yang luar biasa.
Karena setiap kita sangat menjunjung tinggi nilai-nilai agama itu, dunia mencatat dan menyatakan bahwa Bangsa Indonesia adalah bangsa yang paling religius di dunia, bangsa memiliki ikatan yang tidak terpisahkan dengan nilai-nilai agama, dalam menjalani kehidupan keseharian. Sudah terbukti itu pengakuan dunia contohnya banyak sekali kita rasakan dalam kehidupan keseharian nyaris tidak ada aktivitas yang tidak menyatu dalam nilai nilai agama .
Apakah aktivitas kemasyarakatan kebangsaan berpemerintahan bernegara yang tidak terkait dengan nilai agama kita tidak terbuka itu kemudian fungsinya luar biasa menyatukan karena semua kita menjunjung tinggi nilai-nilai agama pada persoalan kekinian. Antisipasi kita kedepan, agama ternyata mengalami erupsi yang sangat serius. Itu adalah sebuah perubahan yang sebenarnya terjadi bukan kehendak atau keinginan bahkan sama sekali bukan rencana desain dari mereka-mereka yang awalnya menciptakan atau menjadikan sesuatu. Tapi mental, karena perubahan dinamika yang luar biasa maka terjadi transfomasi distribusi perilaku.
Pasti dialami dalam pertemanan kita, persaudaraan kita, kekerabatan kita, hanya karena persoalan yang perbedaan cara pandang perbedaan perspektif, perbedaan titik pijak dalam melihat suatu persoalan. Diskusi itu tidak hanya sekedar diskusi perdebatan dan menggunakan kosa kata diksi kata-kata didunia maya, yang kemudian dilanjutkan di dunia nyata, dengan saling menggunakan kekerasan. Karena agama, mereka bisa saling menafikan, menegasikan, merendahkan harkat, derajat, martabat kemanusiaan kita. Bisa saling menghilangkan eksistensi sesama kita umat manusia, atas nama agama sesuatu yang Tuhan itu tujuan agama diturunkan di atas muka bumi. Semua agama itu untuk mewujudkan kedamaian menyebarkan kasih sayang. Agama Hindu untuk memanusiakan manusia menjaga harkat martabat manusia sebagian kita sebagian atau saudara kita sebaliknya memahami dan mengamalkan ajaran agama yang bertolak belakang.
Ini tantangan kita karena kita adalah aparatur sipil negara yang mengurusi hal ihwal kehidupan keagamaan di negara, ini sebenarnya kehormatan, kemuliaan yang ada pada diri kita. Sekaligus tanggung jawab yang luar biasa fungsi dan peran serta semangat moderasi beragama haruslah betul-betul ada pada diri setiap kita sebagai ASN. Apa itu artinya, Bagaimana cara kita beragama jadi yang moderat. Moderat itu artinya lawan dari ekstrem dari tak perlu ganti bulu hipokrit ditengah hadirnya WhatsApp. Moderat bukan agamanya yang tapi cara kita beragama itu yang harus senantiasa dijaga dipelihara agar senantiasa berada pada jalurnya , Adil.
Apakah kekanan atau kekiri karena pemahaman kita dan Pengamalan kita itu bisa terjebak terjerumus terjerembab pada praktek-praktek berlebih-lebihan , ekstrem.
Kita tahu ada konservatisme ada liberalisme dan kita amat sangat bersyukur para pendahulu kita telah mewariskan, bagaimana pemahaman dan pengamalan ajaran agama yang moderat tidak hanya di Katolik di Hindu Budha di penghujung yang berkembang di Indonesia. Ke mana batasan sederhana nya yaitu kembalikan kepada esensi dan substansi agama itu sendiri itu esensi agama adalah kemanusiaan. Esensi agama adalah bagian mana harkat derajat martabat manusia itu senantiasa terjaga terlindungi terpelihara dengan baik. Kemudian dikembangkan ke arah yang lebih baik. (1)
0 komentar:
Posting Komentar