“ Hampir setiap
hari ,selalu saja ada yang dikomentari
,saya heran dengan “bu Bawel” itu
apakah tidak capek setiap hari ngomel begitu terus ,siswa sepertinya
nggak boleh senang...jangan jangan
memang guru satu itu memang nggak bahagia sehingga tidak suka siswa bahagia...!”
“Saya juga tahu kank ...,kalau siswa harus menghormati guru
,tapi dengan keadaan seperti ini apa
saya bisa menghormatinya. Memang sebagian anak ada yang melawan lantaran memang dirinya memang nggak bersalah
,walaupun akibatnya sering anak bersangkutan masuk dalam daftar buku inting- inting (ancaman),begitu
melakukan kesalahan ,langsung guru BK atau menghadap kepala sekolah . Ngeri
sih...!”
“Namun saya punya
strategi yang mungkin dibilang teman teman ,kok bisa sih...!”
“Bagi saya menjadi pemberani bukan berarti harus selalu
harus menang dalam setiap tekanan walaupun saya merasa tidak melakukan kesalahan apapun ,saya
memilih langkah bijak seandainya
saya harus melawan guru,saya
memilih mengatakan ,maaf bu saya masih ada tugas yang belum saya selesaikan...!”.
“Biasanya guru bersangkutan langsung diam ,dan sepertinya
enggan “menghadapi” saya,karena omelan guru yang tidak penting dan bermanfaat
buat saya selalu saya cuekin....!”.
“Meskipun bagi teman teman ,saya dibilang agak aneh,karena
semestinya harus melawan tapi biarkan saja ,menghadapi guru yang bermasalah
hanya merusak kebahagiaan saya untuk belajar hari itu,saya nggak mau jadi
bermaslah karena tertular oleh orang bermasalah,yang jelas saya ke sekolah untuk belajar bukan untuk meladeni guru yang
bermasalah dengan kepribadian...!.”
“Bagaimana pendapat a kank....?”
“Bagus dik, apapun situasi ,bagaimanapun perilaku gurunya , siswa punya kebebasan untuk membuat pilihan sikap dalam merespon situasi yang tidak nyaman , seperti yang kamu lakukan memilih menghindar daripada meladeni perilaku
guru memiliki kepribadian bermasalah.... !”
0 komentar:
Posting Komentar